Kunjungan

Flag Counter

Selasa, 28 Januari 2014

TEKNOLOGI FERTIGASI DENGAN MENGGUNAKAN NUTRISI URINE SAPI UNTUK BUDIDAYA TANAMAN PADI (Oriza sativa) PADA MEDIA POLYBAG






PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

TEKNOLOGI FERTIGASI DENGAN MENGGUNAKAN
NUTRISI URINE SAPI
UNTUK BUDIDAYA TANAMAN PADI
( Oriza sativa )
PADA MEDIA POLYBAG


BIDANG KEGIATAN
PKM-P





DIUSULKAN OLEH :

KETUA KELOMPOK

ANTIN PUTRA
NIM.  0901343007


ANGGOTA KELOMPOK
IRMANSYAH
NIM.  0901351004

RENITA OKTAVIA
NIM.  1001343011

CANDRA YONATA
NIM.  1001322038







POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
PAYAKUMBUH
2011


Judul Kegiatan  : Teknologi Fertigasi dengan Menggunakan Nutrisi
    Urine Sapi untuk Budidaya  Tanaman Padi (Oriza sativa)
    Pada Media Polybag
1.      Bidang Kegiatan                                       :  PKM-P

2.      Bidang Ilmu                                              :  Pertanian

3.      Ketua Pelaksana Kegiatan
a.  Nama Lengkap                                     :  Antin Putra
b.  NIM                                                     :  0901343007
c.  Jurusan                                                 :  Tata Air Pertanian
d.  Universitas/Institute/Politeknik           :  Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh
e.  Alamat                                                  :  Komplek SMA 1 Harau, Kec. Harau, Kab. Lima Puluh Kota

5.  Anggota Pelaksana Kegiatan                     : 3 orang

6.  Dosen Pendamping
a.  Nama Lengkap dan Gelar                    :  Dr. Ir. Naswir, Msi.
b.  NIP                                                      :  196008081988121001
c.  Alamat                                                  :  Komplek Pulutan Permai Blok K
no. 8 Tanjung Pati Kab. 50 Kota
7.  Biaya Kegiatan Total
a.  Dikti                                                     : 
b.  Sumber lain                                          :  Tidak Ada

8.  Jangka Waktu Pelaksanaan                        :  5 Bulan

Menyetujui                                                                Tanjung Pati, 8 Oktober 2011
Ketua Program Studi                                              Ketua Pelaksana PKM-P




(  Weri Susena ES, STp,  M.P  )                               ( Antin Putra)
NIP. 196811161997021001                                       NIM.  0901343007

Pembantu Direktur III                                             Dosen Pendamping
Bidang Kemahasiswaan



( Ir. Yudhistira, Msi. )                                           ( Dr. Ir. Naswir, Msi. )
NIP. 196010271987031004                                NIP. 196008081988121001


KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dengan rahmat dan karunia -Nya itu maka kami telah dapat menyelesaikan Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Pertanian PKM-P secara baik. Mudah- mudahan apa yang telah kami lakukan memiliki suatu kontriubusi positif bagi masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas hidup mereka.
            Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya PKM-P yang kami lakukan ini, baik kepada Dirjen DIKTI sebagai penyelenggara dari program ini, maupun kepada pihak-pihak yang telah ikut serta membantu dalam teknis pelaksanaan PKM-P yang kami lakukan.
            Kami menyadari bahwa dalam pembuatan laporan akhir pelaksanaan PKM-P ini terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, maka kami mengharapkan kritik, saran, dan masukan dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal  ini.


                                                                        Tanjung Pati, 8 Oktober 2011
                                                                                Ketua Pelaksana



                                                                                    Antin Putra


















۱
 
A. JUDUL
TEKNOLOGI FERTIGASI DENGAN MENGGUNAKAN
NUTRISI URINE SAPI UNTUK BUDIDAYA  TANAMAN PADI (Oriza sativa) PADA MEDIA POLYBAG
B. LATAR BELAKANG
Ketersediaan lahan sawah yang semakin terbatas menjadi masalah yang utama di bidang pertanian, khususnya masalah pangan dan ketahanan pangan. Para petani  mengalami kesulitan dalam produksi padi yang maksimal akibat terkonversinya lahan sawah, ketersediaan pupuk dan pemasaran hasil yang sudah dkendalikan oleh tengkulak. Akibatnya banyaknya petani yang mengalami kerugian akibat menurunnya hasil panen dan semakin kurang produktifnya lahan sawah yang ada.
Dalam sepuluh tahun terakhir konversi lahan sawah di sentra utama penghasil beras Indonesia yakni Pulau Jawa, rata-rata lebih dari 22.000 ha/tahun. Sebagian besar lahan sawah yang terkonversi itu pada mulanya beririgasi teknis/semiteknis dengan produktivitas yang tinggi. Konversi lahan sawah juga mengakibatkan degradasi kualitas irigasi pada lahan sawah sekitarnya. Secara langsung maupun tidak langsung konversi lahan sawah mempunyai potensi ancaman yang nyata terhadap kapasitas nasional dalam mewujudkan pasokan pangan yang aman untuk mendukung ketahanan pangan yang mantap.
Agar implementasi kebijaksanaan efektif, sistem perhitungan mengenai kerugian akibat konversi lahan sawah harus komprehensif dan pada saat yang sama diperlukan perbaikan dalam sistem pemantauan, pendataan, dan dokumentasi mutasi lahan.
Mengkaji permasalahan tentang fungsi lahan sawah terkait erat dengan mengkaji masalah pangan, khususnya beras. Hal ini berpijak dari fakta bahwa suatu komunitas mengubah ekosistem hutan atau lahan kering menjadi sawah adalah dalam rangka menciptakan lingkungan biofisik yang paling optimal bagi bertumbuhkembangnya tanaman padi.

٢
 
Beberapa publikasi terakhir mengenai padi (perberasan) dapat disimak misalnya pada Rosegrant et al. (1997), Sumaryanto dan Friyatno (1999), Dillon et al. (1999), Simatupang (2000), Sawit (2001), Bappenas – USAID (2000), Anonymous (2000/2001a dan 2000/2001b). Beberapa kesimpulan dari publikasi tersebut antara lain menyebutkan bahwa sejak dasawarsa terakhir ada tendensi yang  jelas tentang menurunnya kapasitas negeri ini untuk menyediakan pangan secara mandiri. Dengan kata lain tanpa ada upaya-upaya nyata yang ditujukan untuk memperbaiki laju pertumbuhan produksi pangan maka prospek ketahanan pangan menghadapi ancaman yang cukup serius.
Dalam memacu pertumbuhan produksi pertanian bersumber dari dua faktor: (a) pertambahan areal panen, dan (b) peningkatan produktivitas. Berdasarkan data empiris, kajian Simatupang (2000) maupun Dillon et al. (1999) menyimpulkan bahwa dalam dasawarsa terakhir ini terjadi ‘kemandegan’ dalam peningkatan produktivitas. Begitu juga akibat semakin terkonversinya lahan sawah menjadi daerah industri dan perumahan menjadi ancaman tersendiri pula dalam menyediakan pangan nasional. Implikasinya, apabila kecenderungan ini berlanjut maka sumber pertumbuhan produksi pangan harus bertumpu pada pertambahan luas areal tanam.
Fakta tersebut sangat mengkhawatirkan karena dalam jangka pendek tampaknya sangat sulit untuk melakukan ekspansi areal tanam secara significant. Dampak krisis ekonomi telah memaksa negeri ini menomorduakan kemungkinan perluasan areal tanam padi melalui pembukaan lahan sawah baru dalam luasan yang memenuhi kebutuhan. Sementara itu, pemberlakuan undang-undang otonomi daerah telah diinterpretasikan secara kurang tepat sehingga muncul gejala saling lempar tanggung jawab tentang kewajiban negara untuk memperkokoh ketahanan pangan.
Di lain pihak untuk memacu pertumbuhan dan produksi tanaman padi yang intensif diusahakan, terkendala dengan ketersediaan pupuk dan harga pupuk yang terus naik, walaupun ada kebijakan pemerintah dalam hal subsidi pupuk, terkadang diwaktu dibutuhkan pupuk oleh petani tidak tersedia di lapangan.
٣
 
Teknologi fertigasi adalah satu metode alternatif yang baik dan berdaya guna, dimana pupuk diberikan langsung bersamaan dengan air irigasi sehingga lebih efisien dalam penggunaan air dan pupuk.  
Pada saat sekarang dalam berbudidaya sering mengalami kendala dalam masalah pupuk yang dikarenakan tingginya harga pupuk dan sulit untuk didapatkan dan pada daerah tertentu irigasi juga merupakan kendala bagi pada petani. Dalam dunia pertanian ternyata urine sapi (air kencing sapi) sangat bermanfaat sekali bagi petani karena urine sapi mengandung berbagai unsur hara sehingga dapat digunakan sebagai pupuk cair. Sebelum digunakan sebagai pupuk pertanian urine sapi ini sebaiknya di fermentasi terlebih dahulu untuk tidak terjadinya kontaminasi dengan penyakit yang membahayakan (Naswir, 2008).
Pembuatan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L) ini sangatlah mudah dan tidak membutuhkan waktu lama serta baik untuk tanaman dibandingkan dengan pupuk buatan pabrik. Bahan yang digunakan untuk membuat pupuk cair ini juga mudah di dapat dan biayanya relatif murah.
Produk yang dibuat ini mempunyai keunggulan tersendiri yaitu harganya murah, pembuatannya mudah, bahan mudah didapat, dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Pupuk cair ini mengandung semua untuk baik makro maupun makro yang menyuburkan tanaman dan tanah seperti padi, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, bunga dan lain-lain.
C.  PERUMUSAN MASALAH
Ketersediaan lahan sawah yang  semakin terbatas menjadi masalah yang utama di bidang pertanian, khususnya di daerah Indonesia.  Para buruh tani mengalami kesulitan dalam mendapatkan lapangan pekerjaan yang selama ini menjadi pekerjaan utama mereka dalam pengolahan lahan sawah akibat terkonversinya lahan sawah.  Hal ini mengakibatkan banyaknya petani dan buruh tani yang mengalami kerugian akibat menurunnya hasil panen yang disebabkan oleh kurangnya ketersediaan lahan sawah untuk bercocok tanam.
Ancaman tersebut bertambah berat karena sebagian dari lahan-lahan sawah yang produktif harus memasukkan input produksi seperti pupuk yang tidak tersedia diwaktu dibutuhkan dan diiringi dengan harga yang selalu naik.  
٤
 
Berkurangnya luas sawah yang mengakibatkan turunnya produksi padi, yang mengganggu tercapainya swasembada pangan serta mengakibatkan bergesernya lapangan kerja dari sektor pertanian ke nonpertanian. Apabila tenaga kerja tidak terserap seluruhnya akan meningkatkan angka pengangguran. Investasi pemerintah dalam pengadaan sarana dan prasarana pengairan menjadi tidak optimal pemanfaatannya.
Dari permasalah diatas solusi yang diberikan dalam penelitian ini adalah memanfaatkan teknologi fertigasi, dimana cara ini merupakan teknologi tepat guna yang memiliki keuntungan antara lain: a. Terjangkau dan dapat diadaptasi oleh petani,  b.       Dapat digunakan untuk lahan yang sempit, c. Meningkatkan hasil tanaman, d. Hemat air, e. Hemat tenaga, f.            Menghemat pemakaian pupuk,
g. Menghemat energi, h. Hambatan lahan tidak rata, i. Toleran terhadap salinitas, j. Memperbaiki pengendalian penyakit tanaman, k.   Pemakaian air yang seragam. l. Mengurangi biaya pengolahan, m.   Dapat digunakan pada berbagai jenis tanaman.
D.  TUJUAN
  1. Mengatasi permasalahan kurangnya ketersediaan lahan sawah yang  semakin terbatas yang menjadi masalah yang mengganjal di bidang pertanian dengan penerapan teknologi fertigasi.
2.      Meningkatkan produktivitas padi sawah bagi para petani, khususnya di lahan-lahan yang kekurangan lahan sawah dengan metode teknologi fertigasi.
3.      Mengatasi permasalahan tingginya harga pupuk dengan menggunakan nutrisi urine sapi melalui  teknologi fertigasi yang lebih murah sehingga bisa meningkatkan pendapatan petani.
  1. Mewujudkan pasokan pangan yang aman untuk mendukung ketahanan pangan yang mantap melalui teknologi fertigasi.
  2. Membuat perbandingan hasil panen padi antara metode tradisional dan fertigasi.
  3. ٥
     
    Mengatasi permasalahan lingkungan (kerusakan struktur tanah) yang diakibatkan oleh penggunaan pupuk kimia buatan dengan cara menggantinya dengan pupuk dari nutrisi urine sapi.
7.      Membantu Pemerintah dalam pengembangan pertanian yang ramah lingkungan.
  1. Meningkatkan peran serta perguruan tinggi dalam penerapan teknologi fertigasi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di lapangan.
E.  LUARAN YANG DIHARAPKAN
  1. Membuat rancangan dan penggunaan teknologi sistem fertigasi yang lebih baik dan efisien.
2.      Membuat pupuk organik dengan nutrisi dari urine sapi sebagai pengganti pupuk kimia
3.      Terbantunya para  petani agar lebih mandiri dengan penggunaan pupuk dari nutrisi urine sapi, karena petani bisa sekaligus menjadi produsen dari pupuk ini.
4.      Meningkatkan eksistensi kelompok bagi anggota petani sebagai wadah pengembangan usaha dan pemecahan masalah bersama.
F.  KEGUNAAN
  1. Meningkatkan hasil produktivitas tanaman padi
  2. Para petani menjadi mandiri dengan terbantunya para  petani dengan membuat pupuk sendiri
  3. Subsidi untuk pupuk dari pemerintah bisa dikurangi untuk digunakan untuk pembangunan yang lain
G. TINJAUAN PUSTAKA
Fertigasi ( fertigation ) berasal dari kata “fertilizer” dan “irigation”. Definisi fertigasi adalah satu cara penanaman yang mana pemberian pupuk yang lengkap kepada tanaman diberikan dalam bentuk larutan dan disalurkan langsung ke daerah akar melalui sistem irigasi tetes mikro. Sistem irigasi tetes telah dikenal secara luas sebagai cara pemberian air tanaman yang paling efisien.
Sistem fertigasi mempunyai keuntungan sebagai berikut :
٦
 
a.      Terjangkau. Komponen sistem fertigasi mikro tersedia secara lokal dengan harga yang lebih murah bila dibandingkan dengan fertigasi makro komersial yang komponennya impor.
b.      Dapat digunakan untuk lahan yang sempit, karena rancangan dibuat untuk paket kecil.
c.      Meningkatkan hasil tanaman. Pemakaian air dan pupuk cair yang relatif seragam kepada seluruh tanaman, akan memberikan pertumbuhan yang relatif seragam pula dan akan meningkatkan produksi total.
d.      Hemat air. Hemat pemakaian air sampai 50 % dibandingkan dengan cara tradisional. Sehingga dapat meningkatkan areal tanam persatuan air yang digunakan.
e.      Hemat tenaga. Menghemat tenaga untuk proses pengoperasian sistem irigasi, penyiangan, dan pemupukan.
f.       Menghemat pemakaian pupuk. Kehilangan pupuk akan diminimalkann dengan sistem fertigasi mikro. Pupuk langsung diberikan dalam air dengan sistem irigasi dapat diatur sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan kebutuhan tanaman.
g.      Menghemat energi. Sistem fertigasi mikro dioperasikan dengan sistem grafitasi dan tidak menggunakan pompa
h.      Hambatan lahan tidak rata. Sistem fertigasi mikro dapat digunakan pada lahan yang bergelombang dan tidak rata, dimana pada sistem irigasi tradisional sangat sukar diterapkan.
i.       Toleran terhadap salinitas. Karena pemakaian air yang lambat dan teratur melalui sistem fertigasi mikro kosentrasi garam daerah di perakaran akan berkurang dan sedikit melalui pencucian, garam akan keluar dari daerah perakaran tanaman.
٧
 
j.       Pemakaian air yang seragam. Pemakaian air lebih seragam pada saluran tanaman.
k.      Mengurangi biaya pengeloahan. Pemakaian air yang lambat dan teratur, akan menjaga ratio yang optimum akan tanah, air dan udara merupakan hal yang pokok bagi pertumbuhan tanaman. Sejalan dengan hal ini akan mengurangi pertumbuhan gulma dan kegiatan penyiangan tanaman. Secara otomatis mengurangi biaya pengelolahan.
l.       Dapat digunakan pada berbagai jenis tanaman. Sejumlah tanaman dapat diirigasi dengan fertigasi mikro seperti tanaman padi, sayuran, buah – buahan tanaman komersial ( cash crop ) dan bunga – bungaan.
Kandungan Unsur Hara Urine Sapi adalah urine sapi yang di tampung dari sapi difermentasi secara anaerob dengan proses sebagai berikut : urine ditakar, dimasukkan dalam jerigen plastik sampai penuh ditambahkan kotoran sapi  yang segar sebagai aktivator,  dengan perbandingan satu liter urine : lima gram  kotoran sapi segar ( 1 : 5 )  kemudian ditutup rapat (usahakan kedap udara).
 Selanjutnya dibiarkan selama 7 hari. Urine sapi hasil fermentasi disebut dengan larutan pupuk (stock solution).
Tabel ١.  Beberapa Sifat Kimia Urine Sapi  
Unsur
Satuan
Non Fermentasi
Fermentasi
Encer 1: 100
Encer  1: 200
pH

5.61
8.30
7.64
6.58
DHL
μmhos/cm
3000
20000
1000
980
N
mg/l
97.200
120.200
85.302
80.123
P
mg/l
0.396
0.457
0.172
0.079
K
mg/l
65.102
112.301
58.412
25.487
Ca
mg/l
0.140
2.000
0.122
0.081
Na
mg/l
57.101
62.912
54.219
35.210
Mg
mg/l
0.515
0.726
0.462
0.311
B
mg/l
0.084
0.092
0.068
0.021
Cl
mg/l
1.404.561
3323.97
154.952
90.124
Sumber : Naswir (2008)
           
٨
 
Faktor utama dalam budidaya tanaman padi adalah temperatur iklim dan tempat penanaman. Padi dapat tumbuh baik pada daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan.
            Pemberian larutan pupuk ( stock solution ) diberikan melalui fertigasi tergantung terhadap umur tanaman padi  dengan perbandingan  5 – 10 % ( 0,4 ) liter/polybag pemberian pupuk tergantung terhadap umur tanaman padi :
1.         Untuk Tanaman Padi Sebelum Berbuah
            Pemberian larutan pupuk ( stock solution ) 1: 200 ( 1 liter untuk urine sapi dan 200 liter untuk air )
2.         Untuk Tanaman Padi yang telah Mulai Berbuah ( Berrbunga )
            Pemberian larutan pupuk ( stock solution ) 1: 100 ( 1 liter untuk urine sapi  dan 100 liter untuk air ).
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain. Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan energi.
Menurut Collin Clark Papanek, nilai gizi yang diperlukan oleh setiap orang dewasa adalah 1821 calori yang apabila disetarakan dengan beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg. Beras mengandung berbagai zat makanan antara lain : karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu dan vitamin. Disamping itu beras mengandung beberapa unsur mineral antara lain : kalsium, magnesium, sodium, fosphor dan lain sebagainya.
Untuk membudidayakan tanaman padi diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman padi adalah :
  1. ٩
     
    Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air.
  2.  Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 Bulan, curah hujan yang dikehendaki per Tahun sekitar 1500 -2000 mm.
  3.  Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl.
  4. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup.
  5. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7.
H. METODE PELAKSANAAN
a.      Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM-P) ini dilaksanakan selama 5 (lima) Bulan di Rumah Jaringan Irigasi Tetes ( RJIT ) Politeknik Pertanian Universitas Andalas Payakumbuh, Tanjung Pati.
b.      Alat dan Bahan
1. Alat.
a). Tabung Nutrisi ( drumb ) b). Pipa Paralon c). Pipa Distribusi  d.) Pipa Lateral e). Emiter f). pH meter g). Polybag h). Timbangan i). Pengaduk j). Saringan
k).  Corong l). Cangkul m).Sabit
  1. Bahan
a). Urine Sapi b). Kotoran Sapi c). Padi Varietas Unggul d). Ball point
e). Alat Tulis ( pena / pensil ) f).Buku Tulis



۱۰
 
c. Pembuatan dan Perakitan Alat
Dalam pelaksanaan PKM-P ini akan dilakukan beberapa pendekatan yaitu:
  1. Merancang sistem fertigasi mikro untuk budidaya tanaman padi dalam polybag.
  2. Membuat pupuk organik cair dari urine sapi
  3. Mengaplikasikan pupuk organik cair urine sapi dengan teknologi fertigasi
d. Pengamatan
 Pengamatan dalam rancangan sistem fertigasi untuk budidaya tanaman padi dalam polybag antara lain:
  1. Nilai Keseragaman Pancaran (EU)
Keller dan Bliesner (1990) menerangkan bahwa keseragaman emisi dapat dihitung dengan rumus karmeli dan Keller (1975) sebagai berikut:
EU = 100 ( 1,0 – 1,27 CV ) Qn/Qa
Dimana EU koefisien keseragaman (%), CV koefisien variasi penetes (l/jam).
  1. Menghitung Kebutuhan Air Tanaman Padi Dalam Polybag dengan Metode Penman dengan rumus :
ET0 – c ( W.Rn + ( 1-W) f ( (u)( ea-ed )
        Parameter pengamatan untuk tanaman padi (Oriza sativa), secara umum adalah sebagai berikut :
A.  Pengamatan Komponen Pertumbuhan :
1.  Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diukur dari leher akar sampai dengan titik tumbuh, dan bila sudah mulai muncul malai, diukur sampai dengan bagian malai tertinggi.
2.  Jumlah Anakan dan Jumlah Anakan Produktif 
B.  Pengamatan Komponen Hasil :
1.  Jumlah malai per rumpun
2.  Jumlah gabah isi per malai
3.  Jumlah gabah hampa per malai
4.  Bobot 1000 butir

۱١
 
C.  Analisa Hasil
Pengamatan hasil dilakukan terhadap bobot gabah kering panen (GKP), dihitung per petak atau per plot ( polybag) lalu dikonversikan ke satuan hektar (baik dengan faktor koreksi atau tanpa faktor koreksi). Hasil akhir adalah melakukan perbandingan rata-rata hasil padi sawah  antara metode fertigasi yang menggunakan nutrisi urine sapi dengan metode tradisional. Dari semua parameter pengamatan akan dianalisa dengan menggunakan uji ” t ”.

I.     JADWAL KEGIATAN
Tabel. ٢ Jadwal Kegiatan PKM-P







DAFTAR PUSTAKA

Naswir. 2008. Rancangan Sistem Fertigasi Mikro Untuk Menunjang Pertanian  Lahan Sempit. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anonymous. 2000/2001b. Future Strategies for Rice Price Stabilization in Indonesia. Biro Pangan, Pertanian dan Pengairan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Bappenas-USAID. 2000. Macro Food Policy and Food Security: Conseptual Framework and Strategic Issues. Makalah disampaikan pada Lokakarya Macro Policy, 23 September 2000. Kerjasama Bappenas – USAID DAI dan PPS IPB". (Tidak dipublikasikan)

Dillon, H.S., H. Sawit, P. Simatupang, and S. Tabor. 1999. Rice Policy: A Framework for The Next Millenium. Report for International Review Only. Prepared Under Contract to Bulog. November 23, 1999.

Simatupang, P. 2000. Anatomi Masalah Produksi Beras Nasional dan Upaya Mengatasinya. Makalah disampaikan pada Pra Seminar Nasional "Sektor Pertanian Tahun 2001: Kendala, Tantangan dan Prospek". Bogor, 4 Oktober 2000.

Sumaryanto, et al. 1995. Analisis Kebijaksanaan Konversi Lahan Sawah ke Penggunaan Non Pertanian. Laporan Penelitian Tahun II. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. (Tidak dipublikasikan).